Bila Isteri Ikut Berdagang Dengan Suami

oleh
oleh

[dropcap]S[/dropcap]ALAH satu ujian terbesar umat Nabi Muhammad SAW, adalah harta dan Wanita. Kaum laki-laki merasa lemah jika dihadapkan denga kaum wanita, wanita akan menjadi lemah jika diperhadapkan dengan harta. Kedua ujian ini telah banyak menggelincirkan anak adam. Manusia yang kuat imannya sekaliĀ­pun banyak yang berguguran saat harus berhadapan dengan fitnah ini. Para sahabat juga merasa lebih bisa bersabar ketika mereka diuji dengan kemiskinan dan kesulitan. Namun, mereka merasa kurang mampu ketika berhadapan dengan ujian kenikmatan dan kelapangan materi.

Rasulullah SAW, tidak pernah mengĀ­khawatirkan kiranya umat ini menjadi miskin, tetapi beliau mengkhawatĀ­irkan jika dunia ini dilapangkan dari mereka, sehingga terjadilah Fitnah. Dalam sebuah hadits disebutkan; ā€œDemi Allah, aku tidak mengkhawatirĀ­kan kalian ditimpa kemiskinan, tetapi khawatir jika dunia ini dilapangkan untuk kalian, sebagaimana pernah dilpangkan kepada umat-umat sebeĀ­lum kalian, lantas kalian berlomba-lomba dengannya sebagaimana merĀ­eka dulu berlomba-lomba dengannya, lantas hal itu membinasakan kalian seĀ­bagaimana dulu telah membinasakan merekaā€.

Seiring dengan perkembangan zaĀ­man dan tuntutan keadaan, manusia akan terus berlomba untuk memperĀ­tahankan eksitensinya. Kondisi Akhir zaman sendiri telah digambarkan oleh Rasulullah SAW, akan dipenuhi dengan orang-orang miskin dalam beramal, kikir terhadap hartanya dan egois terhadap sesama. Sehingga Manusia akan terus disibukkan denĀ­gan mencari penghidupan dan meluĀ­pakan bekal yang sebenarnya. Dari Abu Huraira, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda ā€œZaman akan semakin berdekatan, amal salih akan semakin berkurang, penyakit egois akan semakin melanda dan haraj akan banyak terjadiā€. Para sahabat bertanya, ā€œapakah Jarah itu?ā€ beĀ­liau menjawab ā€œPembunuhan, pemĀ­bunuhanā€.

Berkenan dengan nubuwat Rasulullah SAW yang menjelaskan akan adanya kondisi dimana perdagangan mejadi pilihan favorit manusia dalam menĀ­cari penghidupan hingga harus meliĀ­batkan anggota keluarganya, maka fenomena saat ini membenarkan hal itu. Nabi Muhammad SAW Bersabda ; ā€œSesungguhnya menjelang Kiamat akan ada ucapan salam khusus dan perdagangan tersebar luas hingga seorang wanita ikut serta suaminya dalam perdaganganā€.

Emansipasi Wanita,Ā Ambil Alih Tugas Suami

BACA JUGA:  Polres Banggai Amankan Laki-laki dan Perempuan Bukan Suami Istri

Salah satu dampak dari isu kesetaĀ­raan gender yang digagas oleh maĀ­syarakat barat adalah tuntutan agar kuam wanita mendapakan hak yang setara dengan laki-laki. Akhir abada 20 merupakan masa-masa tumbuh dan berkembangnya era emansipasi wanita, dan memasuki abad 21 kita semua dikejutkan dengan berbagai pemandangan dijalan-jalan, kantor-kantor, pabrik-pabrik dan lapangan pekerjaan lainnya; semuanya dipadati oleh komunita wanita. Partai politik sendiri diaharuskan untuk memberiĀ­kan kuota sebesar 30 % (minimal) kepada kaum wanita untuk wakilnya. Bahkan lebih mengerikan lagi adalah profesi dan pekerjaan berat yang seĀ­harusnya hanya dilakukan oleh kaum lelaki, ternyata juga dikerjakan kaum wanita. Pekerjaan mejadi kuli pasar, pekerja bangunan, karnet bus, penĀ­drong gerobak, poisi, Tentara, pekerja di SPBU, kini sudah banyak diisi oleh kaum wanita.

Hadits diatas juga menggambarĀ­kan suasana maraknya perdagangan dikalangan manusia. Tugas menĀ­cari nafkah yang sebenarnya dibeĀ­bankan kepada kaum lelaki, ternyata juga banyak dilakukan kaum wanita. Hadits diatas bisa merupakn satu peringatan dari nabi untuk berhati-hati dengan fenomena diatas, dimana peran dan fungsi seorang wanita suĀ­dah banyak berubah dan mengalami pergeseran di akhir zaman. Mereka tidak lagi menahan diri mereka di rumah itu lebih baik bagi mereka. NaĀ­mun, justeru keluar dari rumah merĀ­eka dan ikut meramaikan pasar-pasar dengan kehadiran mereka ditengah-tengah kaum lelaki. Dengan alasan persamaan gender dan emansipasi. Banyak sekali dari kaum wanita yang menuntut agar mereka mendapatkan peran dan posisi setara dengan kaum lelaki, dan ini jelas-jelas penyimpanĀ­gan fitrah mereka.

Bisa Jadi, Karena Himpitan Ekonomi

Nubuwat diatas meski berkonotasi negatif (peringatan agar suami tidak banyak melibatkan istrinya untuk uruĀ­san mencari nafkah-karena memang hl itu menjadi tanggungjawab dirinya), boleh jadi juga mengisyaratkan suatu kondisi atau zaman tertentu dimana mencari nafkah adalah pekerjaan yang berat. Atau juga berlaku bagi sebuah rumah tangga tertentu yang sempit ekonominya. Atau pada kondiĀ­si tertentu dimana suami tidak memerĀ­ankan dirinya sebagai pemimpin dan Qawwam diatas istrinya, sehingga istrinyalah yang banyak mengambil alih tugas kepala rumah tangga. SeĀ­hingga nubuwat tersebut tidak memĀ­vonis benar atau salah jika ada isteri terlibat bersama suaminya untuk mencari nafkah. Hadits diatas sekedar memberikan gambaran sulitnya beĀ­ban ekonomi yang harus dipikul oleh seorang kepala keluarga. Sehingga tugas mencari nafkah juga harus meliĀ­batkan isteri. Wallahula’lam bishshaĀ­wab.*)

BACA JUGA:  Hadir Dalam Rakor Bersama DPRD Banggai, Bupati Amirudin: ASN Jangan Minta Uang Saat Berikan Pelayanan Publik
Ā 

Tentang Penulis: Redaksi

Gambar Gravatar
Obormotindok