OBORMOTINDOK.CO.ID, Palu– BPBD Provinsi Sulawesi Tengah yang bekerja sama dengan Universitas Tadulako Palu akan memproduksi sebuah alat pendeteksi likuefaksi yang nantinya akan ditempatkan di wilayah Kota Palu dan Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.

Dosen Universitas Tadulako Rizana Fauzi yang juga sebagai peneliti pembuatan alat pendeteksi likuefaksi mengemukakan, bahwa alat ini akan lebih fokus dalam memonitor potensi bencana khususnya likuefaksi pada suatu daerah,Jumat (5/2) Palu.

”Nama alatnya alat monitoring potensi likuifaksi pada suatu daerah. Jadi alat ini fungsinya lebih ke monitoring dan pencatatan data data potensi likuifaksi,” ungkapnya

Rizana juga menjelaskan, bahwa pihaknya juga akan melengkapi alat twrsebut dengan data loger untuk mencatat perubahan yang terjadi setiap saat diwilayah yang akan dipasangkan alat tersebut, dan sirine akan berbunyi didaerah itu.

”Kalau itu (sirene) pasti ada dan kita lengkapi, tapi bukan hanya sirene saja kelengkapannya. Kami juga gunakan data loger untuk mencatat perubahan-perubahan yang terjadi setiap saat. Saat sirene berbunyi, data menunjukkan potensi likuefaksi yang tinggi di daerah tersebut dan kedua adanya gempa besar terjadi,” jelasnya.

Cara kerja alat ini sendiri nantinya akan mendeteksi nilai kelembapan, suhu, serta perubahan gerak tanah dengan kedalaman kurang lebih lima meter. Namun hal itu akan terdeteksi jika terjadi suatu getaran atau terjadinya gempa bumi.

”Kalau terjadi getaran dan terjadi perubahan pada hal-hal itu, dipastikan daerah tersebut berpotensi terjadinya likuefaksi,” tuturnya.

Ia menjelaskan jika alat tersebut telah terpasang dan terdapat suatu daerah dengan potensi yang cukup tinggi terjadinya likuefaksi, maka akan dikeluarkan rekomendasi kepada warga untuk segera mengamankan diri.

Biaya yang dikeluarkan untuk membuat satu unit alat pendeteksi likuefaksi ini ditaksir mencapai enam sampai tujuh juta rupiah per unit, sementara untuk komponen alat pendeteksi itu (sensor), Universitas Tadulako Palu akan memesan dari China.

Phian