Cerita Pemuda Lamo Sewaktu Darah Mereka Diisap Nyamuk di Pulau Tikus

oleh
oleh
Sekawanan Pemuda yang Hobi Memancing.

OBORMOTINDOK.CO.ID –  Sedikitnya dua belas pemuda  berransel di pundak dengan dua set tenda portable serta joran mancing mereka bawa dengan riang gembira.

Mereka pun meng-update status di media sosial dengan kalimat “trip Pulau Tikus, camping sambil mancing di akhir pekan, Sabtu 20 November 2021.”

Di bawah sinar matahari pagi, laju tiga perahu nelayan bermuatan dua belas pemuda Lamo mengarungi lut menuju spot camping dan mancing di pulau Tikus, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.

Mereka berharap mendapat momentum camping terbaik di malam hari dan hasil mancingnya pun mendapat ikan yang banyak.

Satu jam empat puluh menit, hamparan karang subur, pasir putih, dan embusan angin di sela sela pohon pinus seakan menyambut kedatangan para pemuda itu.

Siang berlalu senja pun tiba. Tidak seperti namanya, pulau Tikus ternyata tidaklah dihuni Tikus, tetapi dihuni nyamuk-nyamuk ganas. Tubuhnya relatif besar dengan taringnya yang panjang seperti jarum suntik. Nyamuk di pulau Tikus lebih besar ukurannya dibanding nyamuk di darat.

Binatang itu senang sekali menyambut kedatangan pemuda-pemuda yang tubuhnya terlibat ”subur” yang berarti kandungan darah segarnya banyak.

Nyamuk-nyamuk itu seperti drakula berpesta pora menikmati darah di tubuh pemuda yang hobi memancing itu. Mereka mencapkan taringnya di setiap celah tubuh mereka untuk menikmati protein di dalam darah.

Taring nyamuk di sini sanggup menembus celana berbahan jeans dan jaket sekalipun. Bahan jeans dan jaket yang membalut tubuh pemuda itu tak cukup melindungi mereka dari gigitan nyamuk.

Pemuda-pemuda itu pun tak kuasa untuk tenang dalam memancing. Mereka bukannya sibuk mengail ikan tapi sibuk mempertahankan diri dari nyamuk-nyamuk ini.

“Waduh! Nyamuknya ganas amat,” kata salah seorang pemuda bernama Rian.

BACA JUGA:  Pelatihan Kewirausahaan Kue dan Cake, Dorong Pembangunan Ekonomi Kreatif di Banggai

Sebagian pemuda pun mengakalinya agar tidak digigiti nyamuk. Mereka membuat lubang di pasir lalu memendam sebagian tubuhnya di situ.

Namun, upaya itu tetap tak banyak membantu. Tak tahan Lagi dengan serangan nyamuk yang tak kunjung berhenti, kelompok pemuda itu akhirnya memilih meninggalkan ulau Tikus untuk pulang ke rumah.

“Pukul setengah sepuluh malam, kita balik kanan. Menembus gelap menerjang ombak. Kami memilih pulang daripada tersiksa jadi bahan pesta pora nyamuk pulau Tikus,” kata Wahyu, salah seorang pemuda.

Peristiwa ini seperti tamu diusir tuan rumahnya. Mereka datang bertamu di pulau Tikus untuk mencari ikan, tapi penghuninya –-nyamuk-nyamuk menolaknya.

Setibanya di darat mereka mengucap syukur, karena bisa sampai dengan selamat.

Momentum tak mengenakkan itu membuat mereka tidak lagi mau menyebut pulau itu dengan sebutan pulau Tikus. Mereka lebih suka menamainya, pulau Nyamuk! *