Rafiq : “Referensi Larangannya Harus Jelas”
BATUI-Motindok. Senam Tobelo yang digelar di Batui pada perayaan HUT Fokus FM belum lama ini, menuai protes dari sejumlah kalangan Pemuda Batui, pasalnya senam tobelo dinilai tidak sesuai dengan norma agama dan budaya adat yang ada di wilayah Kecamatan Batui, apa lagi senam tobelo telah memperlihatkan kemolekan tubuh seorang wanita yang nyata-nyata dilarang oleh agama islam. Salah satu pemuda Batui Moh. Gazali Akbar, SE pada media ini mengatakan, walau tidak ada larangan tentang adanya goyang Tobelo untuk digelar di wilayah Kecamatan Batui Kabupaten Banggai, namun sebagai anak Batui Ia mengingatkan bahwa harus memahami aturan dan norma yang pantas di buat di Kecamatan Batui, sebab di ketahui bahwa di Kecamatan Batui di kenal dengan budaya adat yang bersendikan agama islam, sehingga menurutnya goyang tobelo tidak sepantasnya digelar di Kecamatan Batui.
“Ingat! Kita berkeyakinan dan bersepakat bahwa adat dan Budaya yang ada di Batui bersendikan agama, jadi apakah dengan cara mempertontonkan syahwat pada khalayak ramai, seperti goyang Tobelo,”ungkapnya. Menurut dia, Selain Tobelo, ada juga tarian atau goyangan yang diadopsi dari daerah lain seperti Modero, Molulo dan Mata Hepeng yang sudah nyata bahwa beberapa tarian tersebut bukan tarian atau goyangan khas Masyarakat Batui yang sering digelar di acara pesta pernikahan di Batui.
“Saya menyampaikan hal ini bukannya saya menjastis ataupun mempersalahkan siapa-siapa yang menggelar acara atau kegiatan, saya hanya mengingatkan bahwa di Batui adalah masyarakat adat. Memang kita menghadapi situasi yang berbeda dengan apa yang dihadapi pendahulu kita sebelumnya, tapi paling tidak kita tau siapa diri kita dan masih banyak yang perlu kita ketahui bersama bahwa yang perlu kita lakukan misalnya, membentuk jati diri generasi muda Batui yang lebih berakhlak mulia dan bermartabat lagi untuk Batui kedepan,” ujar Abang sapaan akrab Moh. Gazali Akbar, SE.
Ia menambahkan bahwa dahulu di Kecamatan Batui sebelumnya ada seorang penyi’ar islam yang dikenal sebagai Mian Bungin dan sekaligus waliullah Islam yang merupakan seorang guru mengaji sampai akhkir hayatnya, dari cerita orang tua Ia (Mian Bungin-red) pernah berpesan kepada muridnya agar selalu mengedepankan ajaran Allah SWT dan menjauhi larangannya termasuk tidak memperlihatkan aurat. “Saya ingin mengajak teman-teman yang ada di Batui agar kembalilah pada norma-norma tanah Batui yang bersendikan agama agar kehidupan di Batui dapat diridhoi oleh sang penguasa alam semesta ini dan saya ingin mengatakan bahwa tobelo bukanlah adat Batui,”tutupnya.
Tempat terpisa, Moh. Irfan selaku ketua Karang Taruna Kecamatan Batui saat di konfirmasi terkait kegiatan itu mengatakan, bahwa kegiatan yang di gelar oleh Fokus MF Batui pada hari ulang tahunnya yang ke 4 baru-baru ini telah mendapatkan restu dari Pemeritah Kecamatan Batui, bahkan kegiatan senam tobelo tersebut digelar atas dukung Pemerintah Kabupaten Banggai.
“tidak ada tujuan dan maksud merusak tatanan budaya yang ada di Kecamatan Batui, kegiatan senam tobelo ini sebelumnya digelar di Kecamatan Batui juga pernah dibuat di Kabupaten Banggai dan di hadiri oleh Bupati Banggai dan Wakil Bupati Banggai serta sejumlah jajaran pemeritahan Kabupten Banggai, bahkan pernah Bupati dan Wakil Bupati ikut melaksanakan senam tobelo, sebab kegiatan senam tobelo ini murni adalah senam olaraga yang lagi digemari di kabupaten Banggai saat ini,”ujarnya.
Walau begitu sebagai panitia kegitan Senam Tobelo, Irfan menyampaikan permohonan maaf jika kegiatan yang digelarnya telah menyinggung dan melanggar norma agama dan adat budaya Batui, sebab kegiatan ini digelar bertujuan untuk menghibur dan mempererat tali silaturahmi.
Menyikapi persoalan senam tobelo tersebut, tokoh pemuda Kecamatan Batui Abd Rafiq Ahaba saat di mintai tangapannya melalui telepon genggamnya mengatakan, persoalan senam tobelo bisa atau tidak bisa di buat di wilayah kecamatan Batui, referensinya juga harus diperjelas dan harus di ketahui secara umum bahwa ada batasan dan larangan terhadap kegiatan seperti senam tobelo di Kecamatan Batui.
“saya kira kita sebagai kaum muda harus bisa menjawab tantangan itu, tidak ada alasan lain, peran kita sebagai pemuda WAJIB bergandengan tangan agar budaya kita tetap lestari dengan tidak merubah nilai-nilai keasliannya agar bisa tetap bertahan di tengah-tengah derasnya arus perubahan di tanah Batui ini,”jelasnya.
Ia mengatakan, Jika teman-teman pemuda berkeinginan kuat untuk mempertahkan dan melestarikan budaya adat batui, harusnya memahami dulu apa yang akan di pertahankan dan apa yang akan di lestarikan,
“saya kira dari dasar itu kita lihat apa yang harus kita benahi terlebih dahulu, apakah sistem yang ada di dalamnya yang harus lebih di perbaiki lagi atau mungkin aturan adatnya, jika memang ada. kaum muda haruslah mengambil peran dalam melestarikan budaya itu sendiri,”terangnya.
“Sejatinya pemuda segera mengambil peran penyeimbang yang BUKAN MILIK SIAPA-SIAPA dan ADA DIMANA MANA dengan begitu keseimbangan akan stabil dalam mengambil peran-peran positif dengan bijaksana melihat fenomena yang mungkin fals jika dikaitkan dengan sejarah, batasan-batasannya juga harus jelas dan punya landasan pembenaran yang bisa di pertangungjawabkan secara menyeluruh dalam artian bahwa ada kesadaran diri masyarakat adat itu sendiri yang mana yang bisa dan yang mana yang tidak bisa, dengan begitu akan lebih rapi dalam tatanan adat itu sendiri,”ungkapnya.
Sementara itu, kegiatan senama tobelo di gelar selama tiga hari, kegitan itu di buka dengan resmi oleh Camat Batui Faisal Karim dan di tutup oleh Kapolsek Batui Iptu Candra. (shalsab)