OBORMOTINDOK.CO.ID,Luwuk – Selain menghasilan gas bumi, aktivitas perusahaan pengelolah minyak dan gas bumi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah juga menghasilnya kondensat. Kondensat merupakan hidrokarbon cair yang didapatkan dari sumur gas atau sumur minyak bercampur gas.
Sayangnya, para perusahaan pengelolah minyak bumi di Banggai, Sulawesi Tengah, tidak transparan terkait produk kondensat yang dihasilkan dari aktifitas perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Dalam sebuah pertemuan bersama awak media, Selasa (16/7) di Luwuk, pekan kemarin, manajemen Joint Operating Body (JOB) Pertamina Medco Tomori Sulawesi tidak memberikan penjelasan secara detail terkait produksi kondensat.
Padahal, selain dihadiri oleh manajemen Joint Operating Body Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori), pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Manajemen PT. Pertamina EP Asset 4 Field Donggi Matindok, dua Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam Minyak dan Gas bumi Kabupaten Banggai, Sulteng. Bahkan, unsur pejabat SKK Migas wilayah Kalimantan Sulawesi, juga turut hadir dalam pertemuan itu.
Saat ditanya soal produksi kondensat, para pejabat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tersebut tidak memberikan keterangan detail. Perwakilan pejabat SKK Migas yang ikut hadir juga tidak memberikan penjelasan terkait produksi dan penjualan kondensat, sebagaimana yang ditanyakan awak media.
“Soal jumlah produksi, saya tidak hafal angka-angkanya. Yang jelas, untuk dana bagi hasilnya, kondensat itu masuk dalam perhitungan Minyak Bumi, yang DBH nya sudah diterima daerah setiap tahun,” kata Ruru Rudianto, selaku Relation & Land Matters Section Head JOB Tomori.
Hadir dalam pertemuan bertajuk halal bi halal di hotel Swiss Bell Luwuk itu, Damar setyawan, selaku spesialis dukungan bisnis SKK Migas, Rudi Hartono, spesialis dukungan bisnis SKK Migas, Rangga Dinasti, dari SKK Migas, dan Ary Bagus dari SKK Migas Kalimantan Sulawesi.
Sedangkan pihak JOB Pertamina Medco dihadiri oleh Agus Sudaryanto selaku Relation, Security Dan Comdev Manager, Ruru rudianto, selaku Relation And Land Matters Section Head, Poultje haurisa, selaku Drilling Operation Enginer. Sedangkan Pertamina EP dihadiri oleh Gristiana Festi, selaku Legal And Relation Pertamina.
Sebelumnya, berbagai media merilis keterangan Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE), Meidawati, yang menyebutkan produksi kondensat yang dihasilkan oleh JOB Tomori dari wilayah kerja (WK) Senoro – Toili, hingga April 2019 tercatat sebesar 8.441 barrel condensate per day (BCPD). “Produksi kondesat WK Senoro-Toili sebesar 8.441 BCPD atau 107 persen di atas target APBN yang ditetapkan 7.860 BOPD,” kata Meidawati, seperti dikutip industri.kontan.co.id.
Sementara itu, pada 17 Mei 2019 lalu, republika.co.id merilis produksi kondensat yang dihasilkan oleh PT Pertamina EP Asset 4 Donggi Matindok Field, dari 2 struktur aktif yaitu Donggi dan Matindok. Disebutkan, kinerja di kuartal I tahun 2019, Donggi Matindok Field mampu memproduksikan gas sebesar 99,7 MMSCFD atau 102,8 persen terhadap target 2019. Sedangkan produksi kondensat 854 BCPD atau 109,4 persen terhadap target 2019.
Selain memertanyakan jumlah produksi kondensat dari aktivitas dua KKKS Migas di Kabupaten Banggai, awak media juga mempertanyakan penjualan kondensat yang dilakukan, baik oleh PT.Pertamina Medco Tomori dari aktivitas yang dilakukan di WK Senoro-Toili, maupun yang dilakukan oleh PT.Pertamina EP atas aktivitas di CPP Donggi dan CPP Matindok.
Sayangnya, pertanyaan mengenai produksi dan skema penjualan kondensat yang dipertanyakan tersebut tidak mendapatkan penjelasan, baik dari pejabat KKKS Migas maupun oleh pejabat SKK Migas yang hadir saat itu.(gt)