Program Madu dan Ekowisata PEP Donggi Matindok Bawa Pulang PROPER Emas

oleh

OBORMOTINDOK.CO.ID. Palu– PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF), bagian dari Zona 13 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, kembali mencatatkan prestasi membanggakan dengan meraih penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Capaian ini diraih berkat keberhasilan pelaksanaan program Simpul Emas (Sistem Pengolahan Madu dan Ekowisata Berbasis Masyarakat) di Desa Leme-Leme Darat, Kecamatan Buko, Kabupaten Banggai Kepulauan.

Penghargaan PROPER Emas merupakan penilaian tertinggi dalam program lingkungan yang diberikan KLHK, dan program Simpul Emas dinilai sebagai kelanjutan sukses dari program konservasi sebelumnya, Kokolomboi Lestari. Keberhasilan ini mendapat apresiasi langsung dari Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, dalam acara penyerahan sertifikat PROPER Provinsi Sulawesi Tengah periode 2023–2024 yang digelar di Palu, Kamis (24/4/2025) malam.

BACA JUGA:  Sulawesi Barat Ubah Nama Bandar Udara Tama Padang Jadi Andi Depu

Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah Bambang Hariyanto dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sulteng Yopie M.I. Patiro.

General Manager Zona 13, Andry, menyampaikan bahwa di tengah upaya perusahaan mencari cadangan energi baru melalui kegiatan eksplorasi, PEP DMF tetap berkomitmen dalam mendukung program keberlanjutan lingkungan dan sosial. Perusahaan juga menargetkan kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), tujuan 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan tujuan 15 (Menjaga Ekosistem Daratan).

“Melalui program Simpul Emas, kami berupaya memperbaiki kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat adat Togong Tanga, yang merupakan kelompok rentan secara ekonomi,” ujar Andry.

BACA JUGA:  6 Pasien Sembuh, Muncul 22 Penderita

Program Simpul Emas mengusung inovasi teknologi dengan mengembangkan mesin pasteurisasi dan vacuum cooling untuk meningkatkan kualitas madu lokal. Teknologi ini mengadopsi proses industri di Central Processing Plant (CPP), seperti sistem regenerasi Triethylene Glycol (TEG) pada Dehydration Unit (DHU) dan prinsip Bernoulli untuk menciptakan tekanan ideal dalam proses pendinginan madu.

Field Manager PEP DMF, Ridwan Kiay Demak, menjelaskan bahwa program ini turut mendorong pembentukan kawasan konservasi berbasis masyarakat adat, pengembangan hutan berbasis apikultur, serta wisata edukatif berbasis ekologi (eko-eduwisata). Pendekatan ini terbukti menjadi solusi atas praktik deforestasi yang selama ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dampak positif dari model konservasi ini mendorong masyarakat adat Togong Tanga melakukan replikasi ke enam desa lainnya, yaitu Desa Unu, Olusi, Mangais, Meselesek, Alul, dan Komba-Komba. Dengan demikian, area perlindungan lingkungan semakin meluas.

BACA JUGA:  Pertamina EP Zona 14 Mulai Pengeboran Sumur Eksplorasi BIT-001

“Kami berharap, inisiatif ini menjadi gerakan perubahan menuju hutan yang lebih lestari dan produktif di Banggai Kepulauan. Semua ini hanya dapat tercapai melalui kepercayaan antara perusahaan dan masyarakat, yang kemudian menumbuhkan rasa memiliki serta semangat kolaborasi,” kata Ridwan.

Selain manfaat lingkungan berupa 13,44 hektare lahan terestorasi dan peningkatan indeks keanekaragaman hayati fauna sebesar 14,6 poin, program ini juga memberikan dampak ekonomi. Di antaranya, peningkatan pendapatan petani madu antara Rp1,4 juta hingga Rp8 juta per bulan, diversifikasi pendapatan melalui wisata minat khusus, serta pemasaran produk secara daring dan luring melalui 9 merchant. Replikasi program konservasi ke enam desa juga menjadi bukti keberlanjutan yang inklusif.**