Satrio Arismunandar: Prilaku Korupsi Harus Dilawan Dengan Strategi Budaya

oleh
oleh
Satrio Arismunandar, Penulis dan Jurnalis. Foto: Satupena

OBORMOTINDOK.CO.ID – Prilaku korupsi di Indonesia bukan hanya kejahatan luar biasa, tetapi bisa dibilang sudah membudaya. Cara mengatasinya tidak cukup dengan sekadar pendekatan hukum, seperti memperberat hukuman, tetapi juga harus menggunakan strategi budaya.

Hal itu ditegaskan Dr. Satrio Arismunandar, penulis buku Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia di Jakarta, Kamis 16 Desember 2021.

Karyanya itu itu diluncurkan sebagai buku perdana divisi print on demand, Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena.

Di momentum yang sama, juga diluncurkan 100 Buku yang Mewarnai Indonesia Sejak Era Kolonial hasil kerja sama Satupena dan penerbit Balai Pustaka. Untuk serial pertama, ada enam judul buku. Acara ini juga dihadiri Ketua Umum Satupena Denny JA dan Direktur Utama Balai Pustaka Achmad Fachrodji.

Menurut Satrio, strategi kebudayaan berorientasi ke masa depan. Yakni, bagaimana manusia bisa memanfaatkan budaya sebagai sarana atau masterplan, untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Masa depan tanpa korupsi.

Untuk tujuan itu, ada dua konsep budaya yang dapat digunakan, yaitu budaya malu (shame culture) dan budaya kebersalahan (guilt culture).

Budaya ini ada di semua bangsa di dunia. “Namun di negeri-negeri Asia seperti China, Jepang, Korea, yang lebih menonjol biasanya adalah budaya malu,” ujar Satrio.

Para elite politik di Indonesia harus memiliki tanggung jawab sosial atas semua perilakunya.

Berkait prilaku korupsi elite politik, Satrio menyatakan, budaya malu dan budaya kebersalahan bisa dijadikan indikator, untuk mengukur tanggung jawab sosial mereka.

Satrio mengungkapkan, isi bukunya itu adalah hasil penelitiannya.

Buku itu ditulis berdasarkan disertasi Satrio di program S3 Ilmu Filsafat Universitas Indonesia pada 2014. *

BACA JUGA:  Wabup Banggai Resmikan Gedung SMKS Bangun Insani Tomeang