Festival Sastra Banggai ke-9 Resmi Dibuka, Merajut Kata dari Tanah Babasal

oleh

OBORMOTINDOK.CO.ID. BANGGAI— Yayasan Babasal Mombasa kembali menggelar Festival Sastra Banggai (FSB) ke-9 tahun 2025 dengan tema “Simpul Kesembilan Merajut Kata”. Acara pembukaan berlangsung meriah di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, Rabu (15/10/2025), menandai semangat literasi yang terus tumbuh dari Tanah Babasal.

Wakil Bupati Banggai Drs. Furqanuddin Masulili, MM hadir membuka kegiatan bersama Kapolres Banggai serta sejumlah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Banggai. Turut hadir pula Staf Khusus Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional Kementerian Kebudayaan RI, Nisa Ringganis, dan Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsurizal, yang secara resmi membuka FSB ke-9.

Festival Sastra Banggai tahun ini menjadi penanda perjalanan sembilan tahun semangat literasi yang tak pernah padam. Diselenggarakan selama 14–18 Oktober 2025, festival ini menghadirkan berbagai kelas program, pameran seni, hingga pementasan teatrikal yang melibatkan penulis dan pelaku seni nasional.

BACA JUGA:  Bendera Dilepas Saat Momen HUT, Pengurus NU Kecewa Sikap Satpol PP

Direktur FSB, Ama Gaspar, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelaksanaan Festival Sastra Banggai kali ini beriringan dengan Akademi Sastra Banggai ke-3.

“Kedua kegiatan ini didukung oleh Dana Indonesiana, LPDP, Manajemen Talenta Nasional, dan Program Penguatan Festival Sastra Nasional dari Kementerian Kebudayaan,” ujar Ama Gaspar.

Ia juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Bupati Banggai Ir. H. Amirudin, SP., MM atas dukungan penuh terhadap penyelenggaraan FSB tahun ini. Ia berharap kegiatan sastra ini terus mendapat dukungan dari pemerintah daerah sebagai bagian dari penguatan budaya lokal.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Banggai Furqanuddin Masulili menegaskan bahwa Festival Sastra Banggai bukan sekadar ajang literasi, tetapi juga ruang ekspresi, refleksi, dan pelestarian identitas budaya daerah.

“FSB telah menjadi ruang diskusi intelektual, tempat bertemunya gagasan baru, serta wadah bagi generasi muda untuk terus berkarya,” ujarnya.

BACA JUGA:  Soal Kepala Dinas Sering Mangkir Dari Undangan Dewan, Begini Kata Bupati Banggai

Ia menambahkan, dukungan dari Kementerian Kebudayaan RI menjadi energi berharga bagi pemerintah daerah dalam menumbuhkan ekosistem kreatif berbasis budaya lokal yang berpijak pada kearifan masyarakat Banggai.

Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsurizal, dalam sambutannya menjelaskan bahwa pada tahun 2025, pihaknya tengah menjalankan program penguatan ekosistem sastra yang melibatkan berbagai komunitas literasi di Indonesia.

“Program ini diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan untuk mendorong festival-festival sastra agar berkelanjutan dan saling terkoneksi,” katanya.

Menurutnya, Festival Sastra Banggai meski dilaksanakan di daerah, mampu menjadi ruang dialog yang memperkaya dunia sastra dan kebudayaan nasional, menjadikan Banggai sebagai salah satu lokus penting dalam peta sastra Indonesia.

Pada malam pembukaan, sejumlah penulis ternama Indonesia turut hadir, di antaranya Aan Mansyur, Dee Lestari, Eka Kurniawan, Eko Triono, dan Henry Manampiring. Mereka dijadwalkan mengisi berbagai kelas dan diskusi selama festival berlangsung.

BACA JUGA:  Bupati Banggai Terima Hasil Evaluasi Kapabilitas Pengawasan dari BPKP Sulteng

Menariknya, di wilayah Sulawesi hanya terdapat dua festival sastra besar, yakni Makassar International Writers Festival di Fort Rotterdam, dan Festival Sastra Banggai yang konsisten dilaksanakan di RTH Teluk Lalong.

Usai prosesi pemukulan gong sebagai tanda pembukaan resmi, pengunjung dan tamu undangan dihibur oleh penampilan musisi Pusakata, yang menambah semarak malam pertama Festival Sastra Banggai ke-9.

Festival Sastra Banggai bukan hanya panggung bagi karya sastra, tetapi juga ruang untuk menyulam identitas, memperkuat budaya, dan menumbuhkan generasi literat di Tanah Babasal. Di simpul kesembilan ini, Banggai kembali membuktikan bahwa kata, budaya, dan kearifan lokal adalah kekuatan yang mampu menyatukan semangat masyarakatnya. **