OBORMOTINDOK.CO.ID. Balut– Suasana haru menyelimuti Pelabuhan Bangkurung, Kabupaten Banggai Laut (Balut), saat puluhan mahasiswa Universitas Tompotika (Untika) Luwuk yang menjalani program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) resmi pamit dari masyarakat setempat.
Tangis warga dan pelukan perpisahan menjadi pemandangan menggetarkan hati di dermaga kecil tersebut. Warga yang telah menjalin kedekatan emosional dengan para mahasiswa selama kurang lebih dua bulan, tak kuasa menahan air mata saat melepas kepergian mereka, Sabtu, 31 Mei 2025.
Rano Daena, salah satu tokoh masyarakat Bangkurung, menyampaikan kesan mendalam terhadap para mahasiswa yang selama ini bukan hanya hadir untuk menjalankan program kerja, tetapi telah menjadi bagian dari kehidupan warga.
“Bukan cuma karena mereka tinggal di sini, tapi karena sikap mereka yang sopan, ramah, dan begitu dekat dengan masyarakat. Mereka hidup bersama kami, bukan sekadar menjalankan proker,” ujarnya kepada wartawan.
Rano menambahkan, keterlibatan para mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari warga membuat kehadiran mereka sangat berarti.
Bahkan, di Desa Bone-Bone, para mahasiswa membentuk forum diskusi bersama pemuda Karang Taruna, meskipun kegiatan tersebut tidak tercantum dalam program kerja resmi.
“Itulah yang membuat kami bangga sekaligus terharu,” tambahnya.
Febri Maradesa, Koordinator Desa KKN-PPM yang juga mahasiswa Fakultas Hukum Untika Luwuk, menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada masyarakat Bangkurung atas sambutan hangat dan dukungan yang mereka terima selama menjalankan tugas pengabdian.
“Kata ‘terima kasih’ mungkin terdengar sederhana, tetapi di baliknya tersimpan ribuan kenangan dan kebaikan warga Bangkurung yang tak akan kami lupakan. Semoga ini bukan akhir, melainkan jeda menuju pertemuan kembali di masa depan,” ungkap Febri dengan mata berkaca-kaca.
Program KKN-PPM ini tidak hanya menciptakan ruang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi jembatan yang memperkuat rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial. Di wilayah perbatasan seperti Bangkurung, para mahasiswa meninggalkan jejak pengabdian yang tulus dan membekas.
Hari itu, Bangkurung bukan sekadar melepas kepergian sekelompok mahasiswa. Ia melepas anak-anak bangsa yang telah menanam benih cinta, kepercayaan, dan pengabdian di tanah ujung negeri sebuah kisah nyata bahwa pendidikan sejatinya bukan hanya soal teori, tetapi juga tentang menyentuh hati dan membangun relasi antarmanusia. **