OBORMOTINDOK.CO.ID – Ada empat embrio pembaruan pemikiran Islam modern pasca-Nurcholish Madjid alias Cak Nur. Hal ini menunjukkan bahwa pembaruan pemikiran Islam di Indonesia tidak meredup, tapi terus berlangsung.
Hal itu diungkapkan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena, dalam Webinar Obrolan Hati Pena #25 di Jakarta, Kamis malam 10 Februari 2022 malam.
Diskusi yang diselenggarakan oleh Satupena itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani.
Empat embrio itu, kata Denny, yang pertama adalah pemikiran Islam inklusif. Tokohnya adalah Budhy Munawar Rachman. Budhy telah banyak menulis buku tentang pemikiran ini, termasuk buku ensiklopedia pemikiran Cak Nur.
Embrio kedua adalah pesantren modern virtual yang dirintis oleh Ulil Abshar Abdalla. Pada Februari 2022, sudah 303 kuliah virtual yang dijalankan Ulil. Ini adalah studi literatur klasik sebagai kritik atas formalitas agama.
Berikutnya, lanjut Denny, embrio ketiga adalah Islam revisionis. Tokoh utamanya adalah Mun’im Sirry. Mun’im menulis tiga buku yang bernilai akademis tentang topik ini. Mun’im antara lain mengkaji sejarah awal Islam melalui berbagai dokumen sejarah literatur non-Islam.
Embrio keempat, menurut Denny, adalah pemikiran keagamaan di era google, yang menafsirkan agama secara berbeda dengan metodologi baru. Antara lain, lewat pendekatan kuantitatif dalam memahami agama. Ini berbeda dengan era Cak Nur, yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Yang merintis pendekatan baru ini adalah Denny JA sendiri. Denny melakukan studi kebahagiaan dengan metode neuroscience dan positive psychology. Denny juga mewajibkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam menafsirkan ajaran agama. ***