OBORMOTINDOK.CO.ID. LUWUK- Melalui Konferensi Kota, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Luwuk Banggai menginisiasi diskusi publik pariwisata dan pertambangan. Selasa (13/9/2023).
Diskusi yang berlangsung di Kedai Pentras Alam ini disebabkan atas gencarnya wisatawan mancanegara hingga para artis mengunjungi obyek wisata khususnya di Banggai Bersaudara. Namun, di sisi lain izin usaha pertambangan ada di mana-mana.
Dalam diskusi itu, Dr. Isnanto Bidja, Wakil Rektor 1 Untika Luwuk selaku pemantik mengungkapkan bahwa pertambangan selalu dipengaruhi politik hukum.
Sehingganya tak jarang konflik dan dampak lingkungan sering terjadi dalam sektor pertambangan.
“Untuk itu, seharusnya menciptakan regulasi yang responsif untuk keberpihakan pada kepentingan nasional dan mengurangi intervensi politik, kemudian political wil pemerintah yang harus berpihak terhadap nasional, rakyat dan vendor-vendor lokal,” ungkap Isnanto.
Subrata Kalape S.Sn Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Banggai menyampaikan bahwa dalam pengelolaan pariwisata juga harus didukung oleh masyarakat.
“Tidak hanya berharap pada pemerintah dalam pengembangan daerah pariwisata, tetapi juga masyarakat harus punya kesadaran dalam pengembangan pariwisata, baik wisata kebudayaan, ekowisata atau wisata kreatif yang dirintis oleh masyarakat lokal,” kata Subrata.
Sementara itu, Saharudin Ahaba, A.Md.P, Ketua Departemen Pengembangan Organisasi EW LMND Sulteng menerangkan, ketidakseriusan pemerintah dalam mengangkat potensi sumber daya alam non pertambangan menjadi satu pemicu masyarakat menerima pertambangan.
Hal tersebut tercipta akibat penderitaan rakyat dalam bidang ekonomi serta ketidakpedulian pemerintah dalam mengangkat ekonomi rakyat di bidang non tambang.
“Ekonomi kita masih bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam yang sering diwarnai dengan perampasan lahan, pengusiran penduduk, dan kekerasan. Kenapa masyarakat kita masih percaya dengan ekstraktivisme sebagai jawaban dari problem ekonomi kita, karena ada ketidakseriusan pemerintah dalam mengangkat potensi sumber daya alam non pertambangan,” jelas Saharudin.
Diketahui, pertambangan dan pariwisata di Kabupaten Banggai dan sekitarnya saat ini telah menjadi perbicangan semua kalangan. Disebabkan, beberapa obyek wisata bersinggungan dengan wilayah pertambangan.
Misalnya, masuknya beberapa izin usaha pertambangan batu gamping di zona Karst Banggai Kepulauan yang diketahui dapat mengancam eksistensi wisata Danau Paisupok, Tendentung dan wisata alam lainya.
Saat ini pertambangan dan pariwisata memang menjadi dua sisi koin mata uang. Di satu sisi pertambangan selalu lekat dengan pencemaran lingkungan dan ekspolitasi sumberdaya alam.
Namun di sisi lain, pertambangan juga dapat meningkatkan ekonomi secara cepat dibanding pariwisata yang perlu waktu cukup panjang dalam merintis dan mengampanyekan objek wisata.
“Padahal Pemerintah Provinsi Sulteng juga saat ini lagi mempromosikan wisata daerah ke dunia, antara lain menjadikan Sulteng 1.000 megalit,” ungkap Saharudin. (**)
**) Ikuti berita terbaru Obormotindok.co.id di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow.
Discussion about this post