JOB Tomori Dorong Pertanian Berkelanjutan dengan Agroekowisata Burung Hantu di Banggai

oleh
oleh

OBORMOTINDOK.CO.ID. Banggai– Dalam rangka mendukung pertanian berkelanjutan, SKK Migas wilayah kerja Kalimantan Sulawesi bersama Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori) meluncurkan program unggulan Agroekowisata Burung Hantu Panutan Banggai.

Program ini dilaksanakan di Desa Sumber Harjo, Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai, dan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan edukasi media yang berlangsung pada Minggu (1/12).

Program Agroekowisata Burung Hantu merupakan inisiatif dari program Pertanian Berkelanjutan Petani Banggai (Panutan Banggai) yang difokuskan pada pengembangan masyarakat, terutama di sektor pertanian. Salah satu terobosan utama program ini adalah pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami untuk mengatasi hama tikus yang kerap merugikan petani.

Perwakilan SKK Migas, Ari Pratomo, menjelaskan pentingnya burung hantu dalam mendukung produktivitas pertanian.

“Burung hantu merupakan predator alami yang efektif untuk mengendalikan populasi tikus, musuh utama petani padi. Kehadirannya sangat membantu meningkatkan hasil panen,” ujar Ari.

Senada dengan itu, Business Support Senior Manager JOB Tomori, Agus Sudaryanto, menegaskan bahwa program Panutan Banggai adalah salah satu upaya unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendekatan pertanian berkelanjutan.

“Mayoritas masyarakat Moilong adalah petani. Karena itu, kami bekerja sama dengan petani dan pemerintah desa untuk menghadirkan solusi atas permasalahan mereka,” kata Agus.

Selain membantu mengatasi hama tikus, metode ini juga menggantikan penggunaan listrik yang berbahaya di area persawahan.

Sebelumnya, petani kerap menggunakan kabel listrik untuk membasmi tikus, namun cara tersebut berisiko tinggi menyebabkan kecelakaan, bahkan kematian akibat tersengat listrik.

Sejak pengenalan metode burung hantu, tidak ada lagi laporan insiden kecelakaan listrik di sawah. Program ini juga mencakup pembangunan rumah karantina untuk burung hantu yang sakit, memastikan kesejahteraan predator alami tersebut.

BACA JUGA:  Warga Mayumba Keluhkan Proyek Air Bersih PUPR Morut

Selain Agroekowisata Burung Hantu, JOB Tomori juga memperkenalkan inisiatif lain seperti pos bidik untuk pengelolaan pupuk dan teknologi pompa air berbasis kincir angina dalam rangka mengatasi kelangkahan pupuk.

Program ini mendapat apresiasi luas dari pemerintah dan masyarakat setempat karena berbasis lingkungan dan berkelanjutan.

Relation Section Head JOB Tomori, Ruru Rudianto, menambahkan bahwa program rumah burung hantu menjadi salah satu program unggulan dalam membangun pertanian yang ramah lingkungan.

“Dengan memanfaatkan burung hantu sebagai predator alami, kami tidak hanya membantu petani mengatasi masalah hama tikus, tetapi juga mengurangi risiko bahaya dari penggunaan setrum listrik,” jelas Ruru.

Program Panutan Banggai juga melibatkan pembentukan dan pendampingan kelembagaan Pokdarwis sebagai perantara dalam promosi dan edukasi tentang pentingnya peran burung hantu dalam pertanian.

Melalui inisiatif ini, JOB Tomori menunjukkan komitmen kuatnya dalam mendukung kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan sektor pertanian yang berkelanjutan.

Program ini diharapkan menjadi solusi efektif sekaligus inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk mengadopsi pendekatan serupa.**