OBORMOTINDOK.CO.ID – Kalangan peneliti di Jepang bingung karena wabah Covid-19 di negaranya tiba-tiba menurun signifikan dalam waktu dua bulan belakangan ini.

Dikutip dari BBC Indonesia, dalam waktu dua bulan dari puncak gelombang itu, kasus Covid-19 di Jepang sekarang ini di bawah 100 per hari.

Mereka mengetahui bahwa kenaikan wabah, karena varian Delta, namun mereka belum paham mengapa kasusnya sekarang turun tajam, sedangkan negara-negara lain masih terus berjuang menghadapi kenaikan kasus.

BACA JUGA: Wakil Bupati Banggai Melepas Peserta Perkemahan Wirakarya Nasional 2021

Peneliti dari Institut Genetika Jepang, mengatakan varian Delta kemungkinan bermutasi sendiri sampai menjadi punah di Jepang.

Menurut Ituro Inoue dan koleganya dari Institut Genetika kepada Japan Times, virus itu bermutasi sedemikian rupa sehingga terjadi kesalahan dalam genetika sampai tidak lagi berreplikasi.

“Kami benar-benar terkejut dengan temuan ini,” kata Inoue.

Ada beberapa hipotesis di balik menurun drastisnya kasus di tengah penyebaran varian Delta ini.

Lebih dari 75% penduduk di Jepang telah divaksin dengan protokol kesehatan seperti jaga jarak dan bermasker diikuti secara tertib oleh masyarakat.

Namun negara-negara lain yang menjalankan protokol yang sama tetap mencatat kenaikan kasus Covid.

Di Spanyol, misalnya, 80% penduduk telah mendapat vaksinasi penuh dan masker juga tetap dipakai di tempat-tempat tertutup. Namun Spanyol mencatat sekitar 7.000 kasus Covid-19 per hari.

Perbandingan inilah yang membuat ilmuwan Jepang menyimpulkan bahwa varian Delta “bermutasi sampai punah”.

“Varian Delta sangat menular dibandingkan dengan varian lain. Namun di tengah akumulasi ini, kami yakin varian ini tak bisa lagi bermutasi,” kata Ituro Inoue.

“Dengan melihat bahwa kasus tak lagi naik, kami percaya pada proses mutasi ini. Virus itu langsung mengarah ke punah dengan sendirinya,” tambahnya.

Teori Inoue ini memberi sedikit gambaran mengapa varian Delta di Jepang tiba-tiba hilang.

Pertimbangan ini juga dilihat berdasarkan apa yang terjadi di negara-negara Barat dengan tingkat vaksinasi cukup tinggi, namun harus menerapkan karantina.

Kasus di Jepang ini unik karena kasus Covid benar-benar menurun drastis walaupun transportasi umum seperti kereta dan restoran penuh sejak kondisi darurat berakhir Oktober lalu.

Walaupun ada penurunan tajam, ilmuwan tetap berhati-hati dan menghindar membuat diagnosis apa yang mungkin terjadi di masa depan.

Pandemi virus corona secara konstan berevolusi dan menunjukkan bahwa walaupun program vaksinasi dan protokol kesehatan dijalankan, dunia masih belum aman dari pandemi baru ini.

Covid-19 Ulah Teroris

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kepada wartawan Karni Ilyas di saluran Youtubenya, ia menyebut bahwa Covid diduga adalah by terorisme.

Siti mengurai, pada waktu WHO memberi pernyataan pada 13 Maret telah muncul corona di Wuhan.

Dia lalu menyebut bahwa syarat-syarat pandemi sebetulnya belum terpenuhi.

Untuk memenuhi syarat pandemi, kata dia, WHO harus bisa membuktikan bahwa apakah ada awal mula infeksi berawal dari binatang, hingga kemudian terjadi mutasi dari binatang ke manusia, kemudian manusia ke manusia, lalu antarbangsa, dan menjadi pandemi.

“Ternyata sampai akhir ini, itu belum diketahui. Kenapa saya katakan itu, karena Amerika dan RRC masih tuduh-tuduhan. Amerika menuduh China dari labnya, begitu juga dengan sebaliknya,” kata Siti.

Karena tuduh-menuduh itulah, kemudian menjadi terbukti bahwa penyebaran dari hewan ke manusia belum mutlak.

Itu juga menunjukkan dan membuktikan bahwa belum diketahui dari mana asal covid.

“Padahal itu syarat utama dari pandemi. Dan kalau saya lihat, cara penularannya tidak seperti pandemi yang seharusnya. Jadi saya meragukan ini pandemi,” tambahnya.

Lalu kalau bukan pandemi, dari mana covid-19 berasal?

Siti Fadilah menduga ini ulah terorisme. Walau perlu melakukan pengkajian mendalam, dia meminta Badan Intelijen Negara (BIN) ikut bergerak, dan juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ikut bersikap.

“Bisa diduga Covid-19 itu satu by terorisme. Ya semua memerlukan satu pengkajian mendalam. Dan itu bukan tugas saya. Harusnya pemerintah kan mempunyai BIN, Menhan, mereka harus duduk bersama untuk mengkaji bersama,” katanya.

Mengapa Covid-19 tiba-tiba menurun drastis?

Siti Fadilah meragukan itu karena efek dari vaksin. Eropa yang tingkat vaksinasinya sudah mencapai 80-90 persen, masih kena Covid-19 dengan gelombang ketiga. *

Sumber: Suara.com

Phian