Warga Batui Gagas Konservasi Burung Maleo Lewat Program KMS di Tolando

oleh
oleh

OBORMOTINDOK.CO.ID. Batui– Upaya pelestarian burung endemik Sulawesi, Maleo (Macrocephalon maleo), semakin nyata dengan dilaksanakannya kesepakatan bersama untuk mendirikan Konservasi Maleo Sambal (KMS) di Kelurahan Tolando, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai. Burung maleo yang dikenal unik karena cara bertelurnya ini kini terancam punah akibat berbagai faktor, termasuk degradasi habitat.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kelurahan Tolando bersama Konau Institut, komunitas pemerhati budaya Batui, serta para akademisi dari berbagai universitas ternama seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Trisakti, Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Andi Djemma Palopo, dan Unismuh Luwuk.

Dialog perencanaan konservasi digelar pada Kamis, 24 April 2025, bertempat di Balai Pertemuan Umum (BPU) Tolando. Turut hadir dalam dialog tersebut antara lain Plt Camat Batui Abd. Haq B. Salam, Lurah Tolando Budiarto K. Abdurahmah, tokoh adat Daka’nyo Tolando Sahrin Handu, Daka’nyo Ende Abd. Rafiq Ahaba, Binsilo Balantang H. Lahama Madom, serta Ketua LPM Kelurahan Tolando H. Qamarudin Samadi.

Dalam sambutannya, Plt Camat Batui menyatakan dukungan penuh terhadap rencana konservasi ini. Ia menilai upaya tersebut sebagai langkah penting untuk menjaga kelestarian habitat burung maleo sekaligus sebagai klarifikasi terhadap anggapan bahwa masyarakat Batui adalah penyebab menurunnya populasi maleo akibat tradisi pengambilan telur dalam budaya Tumpe.

“Rencana penangkaran ini adalah bukti bahwa masyarakat adat Batui justru berupaya melestarikan burung maleo, bukan sebaliknya. Kita perlu dukung secara penuh agar habitatnya tetap terjaga,” ujar Abd. Haq.

Saran penting juga disampaikan oleh Daka’nyo Tolando Sahrin Handu, yang mendorong agar lokasi konservasi segera dilegalkan secara administrasi demi menghindari konflik lahan dan gangguan dari aktivitas tambang pasir di kawasan tersebut.

BACA JUGA:  Pemda Banggai Ikut Renungan Suci di Taman Makam Pahlawa

Sementara itu, Daka’nyo Ende Abd. Rafiq Ahaba menyoroti pentingnya mitigasi banjir seiring datangnya musim penghujan. Ia mengingatkan bahwa luapan Sungai Batui dapat mengancam area konservasi jika tidak diantisipasi sejak dini.

Dialog yang berlangsung sejak pukul 09.10 WITA itu menghasilkan dua kesepakatan utama diantaranya, Dilakukannya pertemuan lanjutan antara mahasiswa, Konau Institut, dan tokoh adat dengan fasilitasi pemerintah untuk menyusun regulasi konservasi  dan Konau Institut akan melakukan pendataan terhadap para pemilik lahan di sekitar area konservasi.

Sebagai bentuk komitmen awal, Sekertaris Lembaga Musyawarah Adat Kecamatan Batui bersama Daka’nyo Ende dan salah satu tokoh pemuda, Kusali Lowa, akan menyumbangkan sejumlah telur maleo untuk ditempatkan di dalam pasir kawasan Konservasi Maleo Sambal.(sal)