OBORMOTINDOK.CO.ID- Komisi V DPR bersama pejabat teras Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Jumat, 12 November 2021 mengunjungi perkampungan transmigrasi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Anggota Komisi V Sudewo, Dirjen PPKTrans Rr. Aisyah Gamawati, Irjen Kemendesa PDTT Ekatmawati, serta Sekretaris Dirjen PPKT Sigit Mustofa Nurudin, sewaktu turun ke lapangan didampingi pejabat teras Kabupaten Banggai, di antaranya adalah Asisten Administrasi Umum Samsuridjal Poma, Ketua DPRD Suprapto, Kadis Nakertrans Helena Padeatu, Kadis PMD, Camat Moilong, Camat Toili, Camat Toili Barat, dan Ketua Forum Kepala Desa.

Mereka memilih lokasi kunjungan kerjanya di Kecamatan Moilong.

Lalu, mereka meresmikan bangunan dan memberi secara simbolis delapan ekor sapi, alat pengelola pupuk dari dinas TPHP di Desa Mulyoharjo yang dilanjutkan ke Desa Minakarya.

Samsuridjal Poma, yang membacakan sambutan Bupati Banggai Amirudin Tamoreka mengatakan, Kabupaten Banggai yang terletak di pesisir timur pulau Sulawesi menjadi simpul pengembangan ekonomi, karena berhadapan langsung dengan perairan laut yang kaya, yaitu teluk Tomini, laut Maluku, dan teluk Tolo.

Banggai berperan sebagai pusat kegiatan regional, karena menjadi pintu masuk utama jalur perdagangan, distribusi logistik, dan mobilitas orang di kawasan timur Sulawesi. Banggai juga di jalur lalu lintas penerbangan udara maupun laut.

Ketua DPRD Banggai, Suprapto, berterima kasih atas kunjungan istimewa dari Komisi V DPR RI bersama pejabat teras Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

“Dari ratusan desa di Kabupaten Banggai, hanya Desa Minakarya lah yang terpilih,” katanya.

“Sekalipun Bapak Sudewo dari daerah pemilihan Jawa Tengah, tetapi beliau dari jauh-jauh memilih Desa Minakarya, tentu ini bukan urusan jalan-jalan, tapi ada urusan besar terkait kebaikan di Kabupaten Banggai,” ungkapnya.

Dirjen PPKTrans Rr. Aisyah Gamawati, mengaku bahagia di tengah-tengah warga Desa Minakarya yang warganya dari eks Transmigran Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Menurutnya, desa ini sudah berkembang luar biasa. Dan, desa ini menjadi salah satu lumbung pangan. Hasil panennya bukan hanya untuk Kabupaten Banggai, tapi untuk memenuhi kebutuhan pangan kabupaten lain atau provinsi lain.

“Saya dengar beras di sini sudah ke Manado bahkan ke Maluku. Ini semua berkat kerja keras dan semangat juang yang dibantu pemerintah setempat,” katanya.

Anggota Komisi V Sudewo mengatakan, kunjungannya kali ini adalah menjalankan fungsi pengawasan pembangunan di Desa Minakaya.

“Saya lihat di sini secara umum sudah berkembangnya bagus, tapi ada beberapa yang perlu ditangani pemerintah pusat, yaitu mercu yang berfungsi mengatur tinggi air,” katanya.

“Menurut laporan, mercu bendungan yang ambrol sudah disurvei. Saya akan mendorong agar segera ditangani. Mudah-mudahan tahun 2023, keuangan membaik sehingga bisa dianggarkan,” katanya.

Sudewo juga menyoroti pantai yang abrasi yang mengancam penduduk pesisir.

“Kalau ada sekolah yang rusak berat, silahkan ajukan ke kami untuk kami tindak lanjuti,” katanya meminta.

Seorang warga Minakarya, Sulyadi menceritakan riwayat singkat perjalanan transmigran pertama di Toili, unit satu.

Pada tanggal 4 Januari 1965, sekitar 180 kepala keluarga berangkat dari Surabaya, Jawa Timur menggunakan KM Klingi dari pelabuhan Tanjung Perak.

KM Klingi singgah di pelabuhan Makassar pada 7 Januari untuk bongkar muat. Kemudian, 16 Januari kapal melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Banggai.

Tanggal 19 Januari, KM Klingi berlabuh di luar pantai Moilong, karena waktu itu belum ada pelabuhan. Warga transmigrasi diturunkan ke perahu tongkang untuk dibawa ke pantai atau daratan.

Sulyadi mengaku, waktu itu, rumah warga transmigrasi yang pertama belum dibuat. Lokasi pemukiman masih berupa hutan belukar. Warga transmigrasi harus menebang sendiri pohon dan belukarnya itu untuk dibuat pondok.

Pernah jatah makanan untuk warga transmigrasi habis, sehingga krisis bahan makanan.

Jadi, warga transmigrasi berusaha mencari makanan di hutan. Mereka menemukan gadung atau ondot, pohon aren, dan pohon sagu untuk diambil sagunya.

“Itulah yang menjadi makanan pokok hari-hari warga transmigrasi di Toili unit 1,” katanya.(kr)

Phian