Sarasehan Syajarotul Qubro NU di Jepara Bahas Sejarah dan Peran Ulama dalam Perjalanan Bangsa

oleh
oleh

OBORMOTINDOK.CO.ID. Jepara– Ikatan Keluarga Besar Bani Manshoer Kalipucang (IKBM) menggelar sarasehan bertajuk Syajarotul Qubro Nahdlatoel Oelama pada Sabtu (27/1) di Gedung Faqih Manshoer, Jepara.

Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama (NU), di antaranya Gus Asrul Sani dari Surabaya, Yahya Muhammad dari Gresik, Ketua Tanfidziyah NU H. Nur Ali Zain, Ainul Mahfud dari PC GP Ansor Jepara, serta Kiai Ali Masrukhin dari PAC GP Ansor Welahan.

Sarasehan ini menghadirkan tiga tokoh keturunan pendiri NU, yaitu Raden Asnawi Kudus, KH Umar Burhan Gresik, dan KH Mas Alwi Surabaya. Dalam kesempatan tersebut, Ketua IKBM Ali Muhtarom menekankan pentingnya menjaga tali silaturahmi karena memiliki banyak hikmah.

Ia menuturkan bahwa KH R. Asnawi, salah satu tokoh NU, memiliki hubungan erat dengan KH Manshoer. Bahkan, ketika KH Manshoer jatuh sakit, KH R. Asnawi berkunjung dan mengajak putranya, KH Faqih, berkeliling desa untuk menghiburnya.

Sementara itu, Kiai Aslim Akmal dalam sambutannya menyoroti bagaimana KH R. Asnawi tetap mempertahankan tradisi Jawa dalam keluarganya.

Ia menyebut bahwa anak-anak KH R. Asnawi tetap menggunakan sapaan “Bapak” dan “Ibu”, bukan “Abi” atau “Umi” seperti dalam tradisi Timur Tengah.

Kisah persahabatan KH R. Asnawi dengan KH Manshoer juga telah dituliskan dalam buku Kiai Mas Ngabehi, Kisah Hikmah Kiai Pantura karya Gus Mohammad Mujab, KH Ulil Abshar Abdalla, dan Gus Muhajir Ms.

Dalam diskusi ini, Gus Asrul Sani dan Yahya Muhammad turut membahas sejarah berdirinya NU dengan merujuk berbagai manuskrip lawas.

Mereka menyoroti bahwa NU tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses panjang yang melibatkan perjuangan para kiai, termasuk yang bermukim di Hijaz.

BACA JUGA:  Dewan Banggai Minta PLN Beri Kompensasi ke Pelangan Terkait Pemadaman Listrik

Pada masa itu, terjadi pertarungan ideologi yang cukup kuat, mulai dari Wahabi, Islam modernis, Ahmadiyah, Sekuler, Sosialis, hingga Khilafah.

Para ulama melakukan pencarian fakta dan mobilisasi untuk menentukan arah ideologi yang sesuai dengan kultur Nusantara, yang kemudian menjadi bagian dari organisasi NU.

Ketua Tanfidziyah MWC NU Welahan, H. Nur Ali Zain, menyambut baik acara ini dan berharap agar diskusi sejarah NU seperti ini dapat dikemas lebih menarik untuk generasi muda.

“Saya sangat senang dengan adanya acara ini karena pembahasan sejarah NU yang dilengkapi dengan manuskrip detail seperti ini masih jarang ditemukan, apalagi yang memiliki keterkaitan dengan tokoh-tokoh di Jepara,” ujarnya.

Selain itu, Gus Ainul Mila bin KH Muhibbi bin KH Muslim Robayan juga mengenang cerita ayahnya tentang keberadaan seorang kiai tasawuf dari Kalipucang, yakni KH Manshoer, yang merupakan tokoh Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah.

Acara sarasehan ini ditutup dengan sesi foto bersama para narasumber dan peserta. (MuZ)