OBORMOTINDOK.CO.ID – Wujud tampilan demokrasi membingungkan kawan dan lawan dalam suatu kontestasi demokratis, karena pada satu momentum menjadi lawan tetapi pada momentum lainnya bergabung menjadi kawan.

Hal itu dinyatakan Chappy Hakim dalam buku Demokrasi di Era Digital yang diterbitkan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena.

Buku itu didiskusikan dengan pola website seminar Obrolan Hati Pena #18 di Jakarta, Kamis 16 Desember 2021 malam.

Narasumber di diskusi itu ialah tiga dari 76 penulis di buku itu. Mereka ialah Chappy Hakim, Dr. Catrini Kubontubuh, dan Dr. Nasir Tamara.

Sebagai pemandu diskusi ialah Elza Peldi Taher dan Anick HT.

Chappy, yang pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara (2002-2005) ini memberi contoh kontestasi pemilihan demokratis antara pemimpin A dan B, dengan segala pertentangan konsep dan prinsip mereka.

Namun, hal ini malah berakhir dengan bergabungnya A dengan B. “Tidak ada yang salah dengan hal itu,” kata Chappy.

Tapi pertanyaan besarnya adalah mengapa harus susah payah melakukan ritual pemilihan, yang memakan ongkos besar serta berdampak pada terjadinya “permusuhan,” jika ujung-ujungnya kedua calon justru bergabung.

Oleh karena itu, Chappy mengusulkan perlunya revisi peraturan permainan atau rules of the game yang lebih efisien, dalam mekanisme mencari pemimpin yang disebut berlandaskan demokrasi tersebut.

Selain itu, kata Chappy, perlu pemikiran tentang bagaimana melaksanakan pemilihan pemimpin bangsa, yang tidak diawali dengan proses like and dislike, karena bertendensi menghasilkan “permusuhan” dan perpecahan yang merusak persatuan bangsa.  *

Phian