Lestarikan Maleo, Pemerintah Banggai Laut Serahkan Telur Tradisi Tumbe untuk Dikonservasi DSLNG

oleh
oleh
(Foto dokumentasi DSLNG)

OBORMOTINDOK.CO.ID. Upacara adat Molabot Tumbe di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah tahun 2022 menghadirkan sejarah baru dengan diserahkannya telur-telur burung maleo (Macrocephalon maleo) untuk diupayakan ditetaskan di Pusat Konservasi Eksitu Maleo PT Donggi-Senoro LNG.

(Foto dokumentasi DSLNG)

Molabot Tumbe atau prosesi menerima telur maleo di Keraton Kerajaan Banggai merupakan tradisi tahunan setiap awal Desember dan telah berlangsung ratusan tahun. Dimana telur-telur pertama di musim bertelur burung maleo yang merupakan burung endemik Sulawesi dan menjadi burung yang disakralkan, dipersembahkan masyarakat adat Batui di Kabupaten Banggai kepada Tomundo (raja) Banggai di Keraton Kerajaan Banggai, Kabupaten Banggai Laut. Adapun prosesi pengantaran telur maleo dari Batui ke kota Banggai menggunakan kapal laut disebut Mombowa Tumpe.

(Foto dokumentasi DSLNG)

Sesuai tradisi sebelumnya, telur-telur yang telah dipersembahkan tersebut akan dibagikan kepada para perangkat dan kalangan kerajaan untuk kemudian dikonsumsi. Namun kali ini, dengan melihat status burung maleo yang semakin terancam punah, Pemerintah Daerah Banggai Laut bersama perangkat adat Kerajaan Banggai untuk pertama kalinya mengambil langkah besar mendukung pelestarian maleo dengan menyerahkannya untuk dikonservasi oleh DSLNG.

(Foto dokumentasi DSLNG)

Penyerahan telur maleo secara simbolis kepada DSLNG dilakukan Bupati Banggai Laut Sofyan Kaepa bersama para perangkat Kerajaan Banggai dan diterima langsung CSR Program Officer Popy Farida Apelawi pada penutupan Festival Tumbe 2022 di kota Banggai, Minggu (4/12/2022).

Molabot Tumbe tahun ini melibatkan 86 butir telur maleo. Diharapkan telur-telur itu akan berhasil ditetaskan menjadi anakan untuk kemudian dilepasliarkan ke habitatnya melalui upaya konservasi DSLNG sebagai pihak yang dipercayakan.

Pusat Konservasi Eksitu Maleo DSLNG yang didirikan sejak 2013 lalu merupakan fasilitas konservasi eksitu maleo pertama di dunia yang pernah mendapatkan penghargaan dari United Nations Enviromental Program (UNEP), yaitu Badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang membidangi lingkungan hidup, atas upaya perusahaan pengolahan gas alam cair ini melestarikan satwa endemik Sulawesi ini di luar habitatnya (eksitu). Sejauh ini, fasilitas konservasi yang berada di area Kilang LNG Donggi-Senoro di Desa Uso, Kecamatan Batui ini telah berhasil melepasliarkan 127 anakan maleo hasil konservasi ke Suaka Margasatwa Bakiriang.**

BACA JUGA:  Polisi Perkenalkan Warna Seragam Satpam yang Baru