OBORMOTINDOK.CO.ID.- Bupati Maluku Tenggara M Thaher Hanubun, Jumat (3/9/2021) pekan lalu memanen bawang merah hasil pertanian warganya di Desa Yafavun, Kecamatn Kei Kecil Timur.

Peristiwa menjadi istimewa, karena petani bawang merahnya umumnya adalah kelompok muda usia. Mereka memilih bertani di kampung, padahal mumnya seusia mereka lebih menyukai berpetualang mengejar pekerjaan kantoran di kota-kota.

Bupati lalu menyemangati anak-anak muda di daerahnya itu bahwa bertani adalah pekerjaan mulia dan bisa membuka lapangan kerja secara swadaya.

Apa yang dikatakan sang Bupati ini benar adanya. Nabi Muhammad SAW sudah bersabda:

“Tidaklah seorang Muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya melainkah itu menjadi sedekah baginya.” (HR Muslim).

Hadits tadi menunjukan bahwa bertani adalah pekerjaan mulia untuk kehidupan di muka bumi.

Hasil pertaniannya, sekalipun dicuri oleh orang lain, masih memberi manfaat bagi petaninya, yakni pahala sedekah yang bermanfaat di akhir zaman kelak.

Dan, anak-anak muda yang memilih profesi bertani berarti mereka ikut memberi kehidupan kepada dunia ini.
Apalagi, pandemi Covid-19 ini juga memberi ajaran berharga kepada banyak manusia tentang begitu esensialnya sektor pertanian dan sejenisnya seperti peternakan dan budi daya ikan.

Ketika banyak profesi gulung tikar terdampak Covid-19, sektor pertanian salah satu yang tidak turut serta.

Petani tidak perlu harus berhenti dari profesinya, karena aktivitasnya menyatu dengan alam, dan tidak harus interaksi terlalu banyak dengan manusia sebagai salah satu pemicu terpapar Covid-19.

Menjadi kunci kelangsungan kehidupan, pertanian sudah waktunya dikelola anak muda, karena sektor ini membutuhkan inovasi dan teknologi modern.

Dan, anak mudalah yang sanggup memberi sentuhan inovasi dan teknologi kreatif agar hasil pertanian lebih produktif serta berkualitas. Lihatlah bagaimana Indonesia sekarang tertingga jauh dibanding negeri tetangganya di Asia Tenggara, Thailand dan Vietam.

Negeri kita yang disebut negara agraris ternyata masih harus mengimpor berbagai produk pertanian Thailand dan Vietnam. Mulai dari beras, buah-buahan, ikan olahan, sampai sayur berkualitas.

Mengapa Thailand dan Vietnam begitu majunya pertanian mereka?
Jawabannya adalah karena anak-anak muda di sana bahkan yang bergelar sarjana memilih pergi ke ladang dan sawah untuk bercocok tanam.
Tentu cara bercocok tanam mereka berbeda dengan generasi tua zaman “old”.

Mereka bertani menggunakan ilmu dan teknologi agar tanamannya bisa direkayasa sedemikian rupa, sehingga produknya berkualitas dan berkuantitas untuk memenuhi kebutuhan makanan mahluk di bumi ini.

Apa yang dikerjakan anak-anak muda petani dari Maluku Utara ini tentu memberi inspirasi kepada anak-anak muda Indonesia lainnya.

Pemerintah sudah waktunya turun tangan membantu mereka menyediakan infrastruktur serta membuka pasar yang lebih luas.

Tujuannya adalah agar anak-anak muda petani itu bisa bertani dengan fasilitas memadai sesuai tuntutan zamannya.
Dan, mereka juga bisa memasarkan produk pertanian mereka agar diserap pasar secara luas.

Jangan biarkan anak-anak muda yang sudah terlanjur menekuni profesi kuno nenek moyang manusia ini kecewa, karena profesi mereka tidak bisa mendatangkan kesejahteraan lebih baik dibanding menjadi birokrat, politikus, dan pegawai kantoran lainnya. *

Oleh: Krista Riyanto

Phian