OBORMOTINDOK.CO.ID – Gairah pembaruan pemikiran Islam sekarang ini meredup, baik di tingkat global maupun nasional. Tokoh-tokoh pembarunya sendiri juga mengalami kelesuan karena berbagai faktor.

Hal itu ditegaskan cendekiawan muslim, Ulil Abshar Abdalla, selaku narasumber dalam webinar di Jakarta, Kamis 10 Februari 2022 malam.

Webinar itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena dengan pemandu diskusinya Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani.

Ulil menjelaskan, sesudah reformasi 1998 ada keterbukaan dan kebebasan di ranah politik dan budaya. Maka muncullah gairah baru pemikiran Islam di Indonesia, seperti ditunjukkan dengan berdirinya Jaringan Islam Liberal (JIL) pada 2001.

Di tingkat global, serangan teroris ke gedung World Trade Center, New York, 9 September 2001 juga menimbulkan kegelisahan dan refleksi diri di kalangan para sarjana dan pemikir muslim.

Namun, sekarang ini ada kelesuan. Penyebabnya antara lain, karena pascareformasi terjadi dominasi politik dalam percakapan sosial kita.

“Bicara politik elektoral, seperti soal pilpres, pilkada, pemilu dianggap lebih seksi daripada bericara tentang pemikiran Islam,” ujar Ulil.

Selain itu, ada “kelelahan” di kalangan para pembaru muslim itu sendiri. Antara lain, dengan munculnya kelompok-kelompok konservatif, yang sukses berkampanye hitam terhadap tokoh-tokoh pembaru pemikiran Islam.

“Pembaruan pemikiran dianggap sesuatu yang kotor,” kata Ulil.

Ulil menambahkan, juga ada proses “profesionalisasi” di dunia akademis.

Sarjana dari Institut Agama Islam Negeri lebih tertarik menjadi profesor yang mapan, daripada menjadi tokoh pembaru pemikiran seperti Nurcholish Madjid alias Cak Nur.

“Di dunia, kini juga lebih banyak muslim scholar daripada muslim thinker,” kata Ulil. *

Phian